Penyebab Rendahnya Literasi di Indonesia yang Sering Diabaikan

Balerumah.com – Anda mungkin pernah mendengar istilah “buku adalah jendela dunia.” Mungkin sedikit aneh bagi yang belum mengetahuinya. Maksudanya adalah, dengan membaca kita bagaikan melihat keluar rumah itu adalah dunia dari dalam ruangan yang berjendela. Untuk melihat ke luar, kita harus membuka jendela.

Baca saja biografi para ilmuan dan tokoh besar negara, mereka seperti itu berangkat dari kesukaannya membaca buku. Kalau tidak percaya, baca saja biografi seperti Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan para tokoh besar lainnya. Bahkan, Ir. Soekarno sudah menulis beberapa buku, yang mungkin belum pernah dibaca oleh anak SMA.

Via: pixabay
Di Indonesia, lama waktu membaca rata-rata hanya 30-59 menit perhari. Artinya, kurang dari sejam. Sedangkan dalam tiap tahun, rata-rata hanya 5-9 buku yang tamat dibaca. Tentu saja, hal tersebut jauh di bawah standar Unesco, yang meminta supaya lama waktu membaca tiap orang berkisar antara 4-6 jam dalam sehari.

Itu merupakan salah satu bukti bahwa tingkat literasi di Indonsia masih terbilang sangat rendah. Kuantitas membaca yang masih tertinggal.

Masyarakat di negara maju, mempunyai rata-rata membaca 6-8 jam dalam sehari. Berbeda jauh dengan Indonesia, bukan? Dan uniknya, masyarakat Indonesia mampu menghabiskan waktu 5,5 jam dalam sehari hanya untuk bermain gadget, bahkan bisa lebih dari itu.

Baca juga: Atasi Kecanduan Bermain Game Gadget pada Pelajar hanya dalam Waktu Seminggu

Selain itu, menurut Unesco pada tahun 2012, minat baca anak Indonesia hanya 0,001%. Artinya, hanya 1 dari 1000 orang yang mempunyai minat baca. Bagaimana pendapat anda? Dari akibat rendahnya literasi tersebut, pasti memiliki penyebab yang sering kita abaikan. Apa saja penyebabnya?

1. Tidak dimulai dari rumah
Rumah merupakan tempat yang membentuk segala kebiasaan kita. Tak ada aktivitas membaca di rumah, maka tidak ada pembiasaan untuk membaca. Apalagi, sekali baca, anak membaca buku pelajaran sekolah, yang justru membuatnya bosan karena di sekolah belajar, di rumah juga belajar.

Ada baiknya jika di rumah disiapkan buku-buku fiksi seperti novel, cerpen, sejarah, supaya anak terpancing untuk membaca dengan serius. Karena untuk membaca tidak harus melulu buku non-fiksi seperti kebanyakan buku di sekolah.

Via: pixabay
2. Akibat teknologi
Teknologi berperan besar bagi fenomena rendahnya literasi saat ini. Jangankan untuk literasi, teknologi membuat orang lupa akan waktu dan kegiatan yang seharusnya ia lakukan. Padahal, keberadaan teknologi belum tentu bermaksud untuk mengebiri budaya literasi yang ada, dan melupakan waktu begitu saja.

Dengan adanya teknologi, kita bisa lebih mudah mengakses berbagai macam literasi. Waktu pun juga sama seperti itu, anda bisa menyalakan alarm untuk mengingat waktu kapan anda harus berhenti dan terbangun dari tidur. Pengaruh teknologi, dan hiburan-hiburan yang ada di dalamnyalah yang membuat orang malas membaca. Sepereti game, social media, dan aplikasi lannya.

Baca juga: Cara Agar Siswa Gemar Membaca Hanya dengan 6 Langkah

3. Game online dan social media
Inti dari teknologi sebenarnya adalah ini, game online dan social media. Kedua hal itulah berperan akif menggugurkan minat baca pada anak. Kita bisa lihat game online, kini setiap anak yang mempunyai gadget, pasti ada game online di dalamnya. Mereka akan lebih senang menggunakan uangnya untuk membeli paket internet ketimbang sebuah buku.

Social media. Keberadaan sosial media cukup membagi sedikit literasi. Tetapi kebanyakan yang muncul dari sana biasanya tulisan-tulisan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, karena tidak memiliki sumber yang otentik. Selain itu, di social media anak hanya dapat membaca postingan orang lain yang tidak berguna. Hal tersebut tentu menjauhkan anak dari budaya literasi.

4. Keterbatasan sarana membaca
Keterbatasan sarana ternyata juga jadi penyebab kebiasaan membaca ini tidak dilakukan. Sarana tersebut misalnya perpustakaan. Berapa banyak perpustakaan di daerah anda? Pasti masih bisa terhitung dalam jangkauan kecamatan. Sedangkan jumlah warnet, sukar terhitung bahkan dalam lingkup kecamatan.

Selain itu, koleksi buku di dalam perpustakaan juga berpengaruh. Percuma juga apabila banyak perpustakan namun isinya buku-buku yang sama dengan sekolah. Maka, anak tidak minat untuk berkunjung ke sana.
Via: pixabay
5. Tidak menggunakan buku sebagai hiburan
Ada apa dengan membaca? Apakah sebegitu memalaskan sampai ia pun dijauhkan? Mereka anak-anak yang tidak suka membaca, bisa disebabkan karena tidak menggunakan buku sebagai hiburan. Terus terang saja, di sekolah terutama perpustakaan, kebanyakan hanya tersedia buku paket pelajaran. Yang sudah jelas membuat anak kehilangan hiburannya.

Anak akan lebih suka membuka gadget dan akhirnya gadget tersebut dibawa ke sekolah. Mereka tidak mengenal apa itu buku cerpen, novel, sejarah, yang ketiganya dapat menghibur siswa dari kejenuhan membaca buku paket.

6. Kurang motivasi
Motivasi sangat penting bagi pengembangan diri setiap orang, terutama anak. Bagi orangtua dan guru mestinya mampu memotivasi anak-anaknya agar mendapat semangat untuk membaca. Terkadang, anak tidak tahu banyknya manfaat ketika ia membaca buku. Akibatnya, anak menjadi malas untuk membaca.

Baca juga: 12 Cara Mengatasi Rasa Malas Belajar yang Menghunjam

7. Tidak tahu manfaat membaca
Sebenarnya banyak sekali manfaat membaca buku, tergantung pula apa yang dibaca. Seperti misalnya mengetahui sejarah, dan mengasah pikiran logikanya. Sejak kecil, anak perlu diberi tahu manfaat buku dan diberikan media membaca.

Selain itu, dengan membaca anak bisa mendapat wawasan yang luas, mengasah imajinasi dan kemampuan untuk berkarya. Maka dari itu, berilah motivasi yang baik agar anak menjadi semangat dalam membaca buku.

8. Tidak dilanjutkan menulis
Jangan berhenti di membaca saja, jika sudah punya inspirasi, silahkan menulis. Literasi bukan hanya membaca saja, namun juga menulis. Jika banyak yang membaca dan menulis, maka kita akan mengalami peningkatan literasi.

Demikianlah dari Bale Rumah, semoga tulisan ini menginspirasi anda. Apabila bermanfaat silahkan bagikan.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel