6 Gaya Bahasa/Majas Sindiran yang Sering Digunkan Sehari-hari

 Balerumah.com –  Ironi, sinisme, sarkasme, satire, innuendo dan paradoks merupakan gaya bahasa atau majas sindiran yang seringkali kita gunakan atau kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. \

Gaya bahasa tersebut pada intinya sama-sama menyindir, namun yang membedakan adalah penyampaiannya. Karena penyampaian itu mempengaruhi perasaan pada seseorang yang disindir.

Via: Pixabay
Ketika kita ingin “menyindir seorang karena etikanya tidak baik dalam mengatakan sesuatu yang benar,” ada banyak kalimat untuk mengatakan itu. Gak percaya? Ini contohnya:

Kamu memang benar, tapi cara yang kamu gunakan untuk mengungkapkan itu salah (ironi) 

Tujuan kebenaran itu merealisasikan kebahagiaan, jika kebenaranmu itu tidak bisa membuat kamu dan orang sekitarmu bahagia, buang jauh-jauh kebenaran itu! (sinisme) 

Lihat, ada anjing menggonggong menyuarakan kebanaran (sarkasme yang satire) 

Kamu sama saja sepeti memberikan air susu dengan wadah sampah (satire)

Untuk apa mengatakan kebenaran seperti itu? Kebenaran ada di dalam hati masing-masing (innuendo)

Dia benar, tapi penyampaiannya salah (Paradoks)

Untuk mengetahui lebih jelasnya lagi, mari sama-sama kita menyimak di bawah ini.

1. Ironi
Ironi adalah gaya bahasa yang menyindir seseorang dengan halus atau mengatakan yang sebaliknya. Penggunaan gaya bahasa ini biasanya dikatakan dengan meninggikan derajat seseorang, yang padahal sebenarnya menjatuhkan. 

Contoh: 
Kamu terlalu baik untuk aku miliki (padahal terlalu buruk)

2. Sinisme
Yaitu gaya bahasa menyindir secara kasar yang,digunakan untuk mengkritik atau menghina sesuatu seperti ide, rencana, dan maksud. Seperti namanya, sinis, berarti sifatnya mengejek atau memandang rendah sesuatu. Tapi, sinisme ini juga bisa digunakan untuk menegur kesalahan orang lain, walaupun caranya agak kasar.

Contoh: 
- Apa guna punya ilmu tinggi, kalau hanya untuk mengibuli?

Aku bertanya, tetapi pertanyanku
membentur jidat para penyair salon 
yang bersajak tentang anggur dan rembulan
sementara ketidakadilanterjadi disampingnya
(Potongan puisi WS Rendra – Sajak Sebatang Lisong)

3. Sarkasme
Majas tertinggi dalam majas sindiran, karena majas ini mengungkapkan sindiran secara langsung dengan katakata  yang kasar dan keras.

Contoh:
Kau lebih suka 
membangun rumah
merampas tanah

Kau lebih suka 
membangun jalan raya
membangun pagar besi
(Wiji – Bunga dan Tembok)

4. Satire
Satire adalah gaya bahasa menyindir dengan perumpamaan atau bahasa kiasan. Penggunan satire ini biasanya berupa metafora, personifikasi dan lain-lain. 

Contoh:
Lingkungan kita si mulut besar
Dihuni lintah-lintah
Yang kenyang menghisap darah keringat tetangga
Dan anjing-anjing yang taat ibadah
(Potongan puisi Wiji, hal 38)

5. Innuendo
Majas ini mengungkapkan sindiran dengan mengecilkan fakta yang sebanarnya. Menganggap remeh suatu permasalahan. Gaya bahsa ini biasanya dipakai untuk menenangkan hati seseorang.

Contoh: 
Untuk apa kita angkuh? Kita hanya ruh yang tinggal pada sebuah tubuh 
Sudah, jangan menangis lagi, anggap saja dia patung

6. Paradoks
Paradoks ini gaya bahasa yang unik. Paradoks menyatukan antara sesuatu yang saling bertentangan. Dalam penggunaan bahasa, paradoks bisa masuk dalam kategori bahasa sindiran, bisa juga pertentangan, tergantung untuk apa digunakan.

Contoh:
Kamu wanita yang cantik, tapi kelakuanmu sungguh menyedihkan.
Kamu kok, kurusan ya? sampai-sampai bajumu gak muat

Baca selanjutnya:
Gaya bahasa atau majas sindiran sebetulnya sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berbekal sedikit gambaran ini, setidaknya bisa membuat pemahaman lebih luas lagi.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel