Sejarah Singkat Terbentuknya Literasi Jalanan Babelan
Balerumah.com - Literasi Jalanan Babelan (Terjal Babelan) adalah sebuah komunitas yang bergerak di bidang literasi, baik itu luring, maupun daring. Tapi lebih memfokuskan pada luring yang berhadapan langsung dengan masyarakat. Misalnya membaca buku, diskusi, bahkan sekedar ngopi.
Buku yang tersedia di Terjal Babelan berupa: Novel, Sejarah, Essai, Agama, Biografi dan Puisi. Bicara soal literasi, tak hanya persoalan dengan buku sebenarnya. Bahkan sekedar ngopi sesambil bicara mengenai masalah-masalah kehidupan, itu juga bagian dari literasi.
Penamaan Terjal Babelan
"Awalnya nama Terjal Babelan hanya angan-angan: kelak kalau gua mau bikin perpusjal, gua kasih nama Terjal." Kata Wahyu. Karena nama tersebut mengandung satire, yang kala itu jalanan di sekitar rumahnya banyak berlubang dan curam-terjal.
Atau mengandung makna simbolis, yang artinya literasi adalah tebing yang tak mudah dijalani orang sembarang. Karena bergelut di literasi tantanganya adalah dapat kendali di atas jurang curam keegoisan individual. Karena Terjal sendiri berada di jalan yang menanjak. Saat itu, Babelan belum ada lapak perpusjal di daerahnya, yang ada hanya taman baca, itu pun jarang diketahui orang.
Atau berupa misi: menerjalkan hal-hal datar yang ada di sekitar.
Oleh karena memilik lingkup kecamatan, maka dalam penamaan sendiri menambahkan nama kecamatan: Babelan. Jadilah Terjal Babelan.
Awal Mula Terbentuk
Literasi Jalanan Babelan didirikan oleh dua orang: Nauval dan Wahyu. Awalnya, mereka suka mampir ke berbagai acara diskusi yang ada di sekitaran Bekasi. Ketika pulang dari acara diskusi, Nauval biasanya singgah sebentar di Rumah Wahyu. Entah apa yang ingin dibicarakan mengalir begitu saja.
Oleh karena mereka kerap bertemu dengan pegiat literasi, terutama Perpusjal seperti Atap Usang, Bale Baca dan Riung Baca. Nauval memiliki inisiasi untuk juga membuat Perpusjal semacam itu. Namun, awalnya Wahyu kurang setuju, karena sumber dayanya belum kuat: seperti buku yang akan digunakan, lokasi melapak, dan orang-orang yang akan berkontribusi. Sampai akhirnya menemukan solusinya setelah konsultasi ke Bang Ari Budiarsyah.
Sumber buku: Mereka berdua hanya punya sekitar 30an buku yang sekiranya layak dibaca umum. Dengan giat Nauval, lapak perpusjal pun bergelar setelah beberapa hari direncanakan. Tentunya dengan bantuan teman-teman sekampus.
Lokasi melapak: Kebetulan, salah satu kawan mereka, David, punya kontribusi di Agkringan; di Ruko Perumahan Panjibuwono, Dengan lahan halaman depan yang cukup luas, Terjal diberikan izin untuk melapak pertama kalinya.
Orang-orang yang berperan: Cukup banyak orang-orang yang berperan dalam perintisan Terjal Babelan (selain Nauval dan Wahyu). Ari Budiarsyah, salah satunya, yang menginspirasi dan menyumbangkan gagasannya untuk membangun Terjal. Ada juga dari kawan-kawan mahasiswa yang sekelas dengan Nauval dan Wahyu. Seperti Ali, Irsyan, Faisal, David, dll. Dan sebagian masyarakat sekitar.
Awalnya target mereka adalah anak-anak muda, maka hanya buku umum yang dibawa. Tapi ketika melapak, ternyata anak kecil lebih banyak mendekat ketimbang anak muda. Nah, setelah hari pertama itu, mereka mengevaluasi untuk menambahkan beberapa alat untuk keperluan anak-anak menggambar dan membaca.
Sekiranya begitulah sejarah awal mulanya terbentuk Literasi Jalanan Babelan. Semoga kisah ini dapat menginspirasi.
Jika anda ingin mendonasikan buku-buku (non-akademik), silahkan bisa hubungi narahubungnya di instagram @terjal.babelan.