Apa Itu Puisi Satire? Berikut Pengertian, Ciri-ciri dan Contoh yang Mudah Dipahami

Balerumah.com – Satire berasal dari bahasa latin, yaitu “satura” yang berarti kritikan atau kecaman tajam terhadap terhadap suatu kejadian atau situasi. Selain itu, satire juga merupakan ungkapan atas ketidakpuasan penyair dengan kebijakan pemimpin atau seseorang.

Via: Pixabay
Satire merupakan salah satu majas, yang dengan menyindir, atau mengatakan sebaliknya yang tidak sesuai dengan keadaan. Seperti misalnya dalam puisi WS Rendra, perhatikan potongan puisi di bawah ini.

Aku bertanya…
tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,

sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dalam kaki dewi kesenian.
*
Ini merupakan sindiran kepada penyair yang tidak peduli pada ketidakadilan pada zaman itu. Mungkin saja peduli, tapi tidak mengaplikasikannya dalam bentuk puisi. Penyair yang disindir oleh Rendra pun tentunya penyair yang bersajak tentang anggur dan rembulan. Saya tidak bisa mengatakan siapa penyair yang dimaksud, anda mungkin lebih paham soal menafsirkan itu. Hehe.

Dalam bahasa sehari-hari, kita juga seringkali menemukan satire. Misalnya ketika seorang teman melihat bajumu yang kusam, dekil, dan bau. Kemudian temanmu berkata, “baju beli di mana, nih? Bagus banget gila!”

Sekilas mungkin terlihat memuji, tapi dalam keadaan berlainan, itu merupakan bentuk sindiran, satire.

Ada satu hal yang kita lupa, bahwa satire itu berbeda dengan sarkas. Sarkas itu caci maki, sumpah serapah dan kata-kata kasar. Sedangkan satire adalah sindiran.

Ciri-ciri Puisi Satire
1. Berbentuk rapi, simetris.
2. Setiap barisnya merupakan kesatuan sintaksis.
3. Berisi sindiran
4. Sebagian besar puisi empat seuntai

Contoh Puisi Satire
Berikut adalah contoh puisi satire:

Pencopet Metropolitan
Karya: Malik Abdul

Siang di bandara Soekarno-Hatta
Mentari terik menyengat kulit seorang kakek tua
Dia berjalan gontai membawa tas yang penuh dengan pakaian
Terlihat binar matanya menampakkan kerinduan akan kampung halaman

Kepada isteri, anak, dan cucu-cucunya
Bahunya nampak terbungkuk menopang segala beban
Beban yang ada di dalam tasnya
Juga beban akan tanggung jawabnya
Dari arah berlawanan seorang pemuda berjalan cepat
Seperti terburu oleh nafsu sesaat
Tanpa peduli bahwa semua itu perbuatan jahat

Brakk…!
Tampak ia menabrak seorang kakek tua
Sang kakek terjatuh
Tangannya yang ringkih menopang tubuhnya yang terpelanting
Kerumunan orang apatis hanya menyaksikan
Sejenak terhenti dari langkah mereka
Namun seakan peristiwa itu hanyalah hal kecil
Dalam sekejap si pemuda itu terbangun
Dengan gerak cepat ia menyingkapkan dompet coklat dalam jaket

Na’as…
Sang kakek kehilangan segalanya
Semua kerja kerasnya lenyap dalam sekejap
Nampak kesedihan dari mata yang teduh itu
Dari kejauhan ia menyaksikan
Si pemuda itu berlari sangat kencang

Hingga tiba di seberang jalan
Ia hendak terus melawan arah untuk berlari
Namun sebuah bus melaju kencang hingga tiada mampu ia hindari
Saatnya tiba karma berujung mati!


Pesan Pencopet Kepada Pacarnya
Karya: WS Rendra

Siti,
kini aku makin ngerti keadaanmu
Tak ’kan lagi aku membujukmu
untuk menikah padaku
dan lari dari lelaki yang miaramu

Nasibmu sudah lumayan
Dari babu dari selir kepala jawatan
Apalagi?
Nikah padaku merusak keberuntungan
Masa depanku terang repot
Sebagai pencopet nasibku untung-untungan
Ini bukan ngesah
Tapi aku memang bukan bapak yang baik
Untuk bayi yang lagi kau kandung

Cintamu padaku tak pernah kusangsikan
Tapi cinta Cuma nomor dua
Nomor satu carilah keslametan
Hati kita mesti ikhlas
Berjuang untuk masa depan anakmu
Janganlah tangguh-tangguh menipu lelakimu
Kuraslah hartanya
Supaya hidupmu sentosa
Sebagai kepala jawatan lelakimu normal
Suka disogok dan suka korupsi
Bila ia kau tipu
itu sudah jemaknya
Maling menipu maling kehormatan Cuma gincu
Yang utama kelicinan
Nomor dua keberanian
Nomor tiga keuletan
Nomor empat ketegasan, biarpun dalam berdusta
Inilah ilmu hidup masyarakat maling
Jadi janganlah ragu-ragu
Rakyat kecil tak bisa ngelah melulu

Usahakan selalu menanjak kedudukanmu
Usahakan kenal satu menteri
dan usahakan jadi selirnya
Sambil jadi selir menteri
Tetaplah jadi selir lelaki yang lama
Kalau ia menolak kau rangkap
Sebagaimana ia telah merangkapmu
dengan isterinya
itu berarti ia tak tahu diri
Lalu depak saja dia
Jangan kecil hati lantaran kurang pendidikan
asal kau bernafsu dan susumu tetap baik bentuknya
Ini selalu menarik seorang menteri
Ngomongmu ngawur tak jadi apa
asal bersemangat, tegas, dan penuh keyakinan
Karena begitulah cermin seorang menteri

Akhirnya kau berharap untuk anakmu nanti
Siang malam jagalah ia
Kemungkinan besar dia lelaki
Ajarlah berkelahi
Dan jangan boleh ragu-ragu memukul dari belakang
Jangan boleh menilai orang dari wataknya
Sebab hanya ada dua nilai: kawan atau lawan
Kawan bisa baik sementara
Sedang lawan selamanya jahat nilainya
Ia harus diganyang sampai sirna
Inilah hakikat ilmu selamat
Ajarlah anakmu mencapai kedudukan tinggi
Jangan boleh ia nanti jadi propesor atau guru
itu celaka, uangnya taka da
Kalau bisa ia nanti jadi polisi atau tentara
supaya tak uisah beli beras
karena dapat dari negara
Dan dengan pakaian seragam
dinas atau tak dinas
haknya selalu utama
Bila nanti ia fasih merayu seperti kamu
dan wataknya licik seperti saya –nah!
Ini kombinasi yang sempurna
Artinya ia berbakat masuk politik
Siapa tahu ia bakal jadi anggota parlemen
Atau bahkan jadi menteri
Paling tidak hidupnya bakal sukses di Jakarta


Dari kedua puisi di atas, anda pasti telah cukup tahu apa itu puisi satire. Semoga artikel ini bermanfaat dan memberikan ulasan terbaik untuk anda.

Baca juga:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel