Kekeliruan Terhadap Feminisme yang Paling Sering Terjadi

Apa sih feminisme itu?

Singkatnya, feminisme adalah ideologi tentang keadilan yang berbasis gender. Feminisme ini menentang ketidaksetaraan gender yang diakibatkan oleh banyak faktor. Salah satunya yang paling besar adalah budaya patriarki.

Patriarki adalah budaya yang meninggikan posisi atau derajat pria di atas wanita. Baik dalam urusan rumah tangga, pekerjaan, bahkan seksual.

Gambar via: Pixabay

Menurut Wikipedia, feminisme adalah serangkaian gerakan sosial, gerakan politik, dan ideologi yang memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mendefinisikan, membangun, dan mencapai kesetaraan gender di lingkup politik, eknomi, pribadi dan sosial.

Kalau menurut Rocky Gerung, kata “feminis” sebetulnya adalah kata akademis. Kata tersebut dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa merubah masyarakat diperlukan dua aktivitas, yaitu kekuatan teoritis dan advokasi.

Di bidang kekuatan teoritis inilah feminis lebih unggul dari semua teori sosial. Karena teori keadilan tentang sosial itu dibuat untuk sekedar menyamakan hak dan potensi. Sedangkan feminis lebih jauh daripada itu. Yaitu membongkar sistem bahasa.

Jadi. Feminism itu kumpulan dari seluruh teori keadilan, beserta kemampuannya untuk menghasilkan bahasa baru.

Setelah menyimak ulasan dari Wikipedia dan Rocky Gerung, mari kita simak tentang kekeliruan-kekeliruan yang biasa kita temukan di sekitar.

1. Menganggap Feminis Membenci/ Tidak Menyukai Pria
Ini adalah kesalahan yang paling sering kita temui di sekitar kita. Menurutku, anggapan seperti ini sudah terlalu kuno. Jika kita hanya sekedar mendengar atau bahkan hanya sekedar menerjemahkan dari kata feminis itu sendiri, kebanyakan akan cenderung menganggap demikian.

Padahal, seorang feminis tidak ada kaitannya dengan kebencian terhadap pria, kecuali terhadap patriarki. Karena ketika perempuan membenci pria dengan alasan ia menjadi feminis, di situ ia justru malah menindas kaum pria.

Menjadi feminis bukan serta merta menjadiakan pria sebagai objek lawan jenis yang harus dilawan. Justru ketika demikian, feminis terkesan terlalu mengobjektivitaskan pria, padahal sesama wanita sendiri terkadang tidak berperilaku adil.

Feminis bukan hanya melawan ketidakadilan dari pihak pria, tetapi bisa juga dari golongan wanita sendiri, atau bahkan dari lingkungan dan politik.

2. Hanya Wanita yang Bisa Jadi Feminis
Ada satu kisah ketika seorang pria mengunggah status yang berkaitan dengan feminis, lalu teman wanita berkata, “LU COWOK FEMINIS? HAHAY.”

Gila.

Kesalahan ini juga tak kalah sering terjadi di sekitar kita. Apalagi buat orang-orang yang belum cari tau informasi sedikit pun tentang feminis. Paling tidak, carilah sedikit informasi, karena kalau baca dari sejarahnya terlalu panjang, gak cukup sedekar segelas kopi. Minimal cari tahu dulu sedikit informasi.

Karena apa?

Feminisme ini berkaitan erat dengan kekerasan rumah tangga, bullying, kekerasan seksual dan ketidak- kesetaraan penghasilan.

Oleh karena itu, salah satu cara untuk menanggulanginya adalah dengan melibatkan pria dalam gerakan feminisme. Yaitu dengan menumbuhkan rasa kesadaran dalam diri pria agar tidak melakukan penindasan terhadap wanita.

3. Tidak Percaya Kepada Cinta dan atau Pernikahan
Cinta hanyalah embel-embel pria untuk menindas perempuan, pernikahan adalah pintu dari ketidakadilan, apakah demikian?

Belum tentu. Karena feminis banyak jenisnya. Nanti akan saya tulis jenis-jenis feminism di sini.

Pernikahan ala feminis justru menginginkan kehidupan yang harmonis dan bahagia dengan kesetaraan peran dalam keluarga. Artinya, di dalam keluarga tidak ada orang yang memegang kekuasaan utama, atau dengan kata lain yang sering disebut dengan “budaya patriarki.”

Selain dari itu, sebagian feminis juga mendukung pernikahan legal harus berlaku bagi semua gender. Dengan kata lain, ia juga percaya pernikahan sesame jenis. Nanti akan dibahas di artikel selanjutnya.

4. Feminisme Tidak Beriman
Yang ketiga ini erat kaitanya dengan agama. Memang betul sebagian agama ada yang mempunyai perspektif-perspektif patrikal yang tinggi. Namun bukan berarti tidak ada perbaikan yang dapat diubah. Di negeri kita mungkin sudah banyak para cendikiawan yang membahas ini.

Pada intinya, sebagian mereka mengatakan wanita berhak mendapatan posisi yang layak, yang adil dan diperhatikan.

5. Keberadaan Feminis Mengancam Derajat Pria
Feminism bukan menginginkan dirinya lebih tinggi daripada pria, namun ia hanya ingin kesetaran gender dilakukan di lingkungan keluarga dan sosial. Terlebih lagi budaya yang paling sangat membandel adalah budaya patriarki. Karena patriarki selalu saja memiliki alasan agar tidak ada kesetaraan gender.

Misalnya dalam keluarga, istri tidak diperbolehkan bekerja. Atau anak perempuan tidak boleh bermain dengan laki-laki dengan alasan ap pun. Hal ini juga bentuk lain dari patrirki.

Kesipulan: Feminisme adalah sebuah ideologi yang menginginkan keadilan dan kesetaraan gender. Baik dalam keluarga, lingkungan sosial, pekerjaan, bahkan politik.

Apabila ada kekurangan dalam penulisan artikel ini mohon dimaafkan. Dan apabila ada masukan silahkan berkomentar di bawah agar orang lain juga ikut membacanya. Terimakasih.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel