Bahaya dan Dampak Negatif Menghafal Pada Siswa

Balerumah.com - Menghafal merupakan budaya cara belajar yang sudah ada sejak zaman dahulu. Cara belajar dengan menghafal ini sudah terbilang kuno, namun cukup efektif untuk mengingat sesuatu. Misalnya menghafal undang-undang, ayat-ayat suci, rumus perhitungan, dan kebijakan lainnya.

gambar via pixabay
Dalam pembelajaran, menghafal hanya akan membuat siswa menjadi terkekang pikiranya, hal ini justru membahayakan siswa sendiri. Pikiran siswa yang masih segar, yang seharusnya diisi dengan nutrisi berbagai pelajaran, akan tersumbat ketika ada salah satu pelajaran yang mewajibkan siswa untuk mengafal.

Hal ini membuat siswa menjadi terbeban dengan satu pelajaran, sehingga pelajaran yang lain mereka kesampingkan. Dalam pikiran mereka akan tersiman “yang penting setor hafalan dulu, pelajaran yang lain mah gampang”. 

Terlebih lagi jika tidak menyetor hafalan siswa akan dikenakan sanksi, itu akan lebih menambah beban pikirannya.

Dengan cara menghafal, siswa akan mudah ingat. Ya, memang betul. Tetapi belum tentu paham dengan hafalannya. Bahkan kadang-kadang hafalan itu bisa lupa.

Memang ada beberapa hal yang mesti dihafal ketika di sekolah, tetapi tidak begitu banyak. Seperti misalnya menghafal rumus-rumus matematika, fisika, kimia, dan rumus perhitungan lainnya. Akan tetapi, tak jarang siswa mendapatkan hafalan berupa definisi, nama-nama tokoh, dan bahkan hal-hal yang mestinya bisa dijelaskan menurut pendapat atau pemahaman pribadi.

Ada beberapa dampak negatif yang bisa timbul dengan adanya penghafalan semacam ini.

Baca juga nanti:
1. Siswa tidak kreatif
Dengan siswa menghafal, otomatis siswa akan terpaku pada apa yang ia ketahui dari hafalannya. Penjelasan yang akan didapat tentu sempit, dan sulit dijabarkan. Karena menghafal bukan bertujuan untuk memahami, melainkan hanya untuk mengetahuinya. Dengan menghafal siswa menjadi tahu, tetapi belum tentu memahaminya.

Siswa menjadi tidak kreatif jika sejak mengetahui suatu pelajaran sudah terpaku pada suatu hafalan, sehingga ia sulit untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Maka dari itu, agar siswa kreatif, berikanlah kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya. Tetapi, guru juga mesti membimbingnya.


2. Siswa tidak jujur
Ketika siswa belum hafal dengan hafalannya, ia akan bingung bagaimana caranya agar setor hafalan berjalan dengan lancar. Dari akibat itu, ada beberapa siswa melakukan hal-hal yang tidak jujur. Seperti misalnya menuliskan kode di tangan, bisikan teman dari jauh, atau bahkan membawa contekan agar setor hafalan berjalan dengan lancar.

3. Mudah lupa
Menghafal membuat siswa terpaku, ketika hafalan telah lupa, hilang sudah pengetahuannya. Salah satu resiko menghafal adalah “lupa”, dan itu tidak jarang dialami. Berbeda dengan siswa yang telah paham tanpa menghafal, ketika ia lupa, ia menggunakan pendapatnya untuk mendefinisikan sesuatu sesuai dengan kadar pemahamannya.

Lupa dengan hafalan tentu hal yang wajar, karena mugkin ketika hafalan targetnya hanya untuk setoran hafalan, kemudian setelah itu dilupakan. Ibarat sebuah memori, ketika memori penuh sedangkan kita ingin memasukkan file lagi, maka ada yang mesti dihapus agar file baru bisa masuk. Begitu dan seterusnya jika kita tidak mengganti metode belajar.

Maka dari itu, menghafal tidak dianjurkan untuk belajar, tetapi untuk mengetahui dikala waktu-waktu tertentu.

4. Banyak alasan
Ketika mau setoran hafalan, siswa yang belum hafal akan menyiapkan alasan agar bisa lolos dari hafalannya. Entah itu lupa, pura-pura ke kamar mandi, pura-pura sakit, atau bahkan sampai tidak masuk sekolah demi menghindari hafalan. 

Maka dari itu, jika anda (guru) memberikan hafalan, harap untuk tidak terlalu menekankan hafalan kepada siswa. Karena kita tidak tahu bagaimana sikap siswa di belakang ketika menghadapi sebuah hafalan. 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel